Breaking News

Memetik Buah Takwa

 Oleh: Dr. H. Baharuddin Husin, MA*

Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adz bin Jabal ra., keduanya berkata, Rasulullah saw. bersabda,

 “Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada. Iringilah kesalahanmu dengan berbuat baik, niscaya kebaikan itu menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”

(h.r. Tirmidzi. Dia berkata “Hadits ini hasan”. Bahkan beberapa kitab menyebutkan, hadits ini hasan shahih)

A.  Pengertian

Taqwa, menurut bahasa berarti: Batasan atau penghalang yang mencegah kita dari hal yang kita takuti. Bertaqwa kepada Allah swt berarti : Menempatkan penghalang antara kita dengan siksa Allah swt yang kita takuti itu, dengan jalan melaksanakan semua perintah Allah swt dan menjauhi semua larangan-Nya. Takwa adalah kata yang singkat namun penuh dengan makna, mencakup semua yang dibawa oleh Islam; aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.

Takwa bukanlah kata-kata kosong tanpa bukti, tapi takwa adalah amal perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah swt dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.

Para Shalafus Shalih mendefinisikan takwa dengan: Menaati Allah swt dan tidak maksiat, selalu berzikir dan tidak lupa, senantiasa bersyukur dan tidak kufur.

B.  Tuntutan Takwa antara lain:

Melaksanakan apa yang diperintahkan, menjauhi semua yang dilarang, bersegera melakukan kebaikan, menahan diri dari semua perbuatan munkar, berusaha mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh manusia, bersikap penuh kasih, saling bekerjasama, penuh persaudaraan, berusaha mengulurkan tangan membantu saudaranya yang lain, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, memiliki jiwa yang baik, dan ucapan yang penuh kearifan dan kelembutan.

"Beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”  (Al-Baqarah: 177)

C. Hakikat Takwa
  • Penuh Kehati-hatian
  •  Suatu ketika, sahabat Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada shahabat Ubay bin Ka'ab (apa hakikat taqwa). Sahabat Ubay balik bertanya kepada Umar r.a. "Pernahkah engkau berjalan pada jalan yang penuh dengan duri?" "pernah" jawab Umar r.a. "Apakah yang engkau lakukan saat itu wahai Umar?" Tanya Ubay kembali. Umar bin Khattab menjawab: "tentunya aku berjalan sangat hati-hati". Kemudian Ubay bin Ka'ab menjelaskan (itulah hakikat taqwa). Lalu Umar r.a. pun memberikan definisi takwa "Takwa adalah berjalan di hutan dengan hati-hati".
Dengan demikian takwa tidak hanya berkaitan dengan rasa takut di dalam masjid saja. Tapi harus tercermin pada sikap hati-hati dan takut kepada Allah SWT dalam semua dimensi kehidupan, keyakinan ideology, social, politik, ekonomi, budaya, peradaban dst.

Mereka para Shalafus Shalih benar-benar telah melakukan dan komitmen dengan pengertian yang mereka pahami, tanpa mengenal tempat dan kondisi. Semua itu dilaksanakan sebagai realisasi dari perintah Allah SWT dan dalam upaya memenuhi panggilan-Nya.

Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)

D.  Kiat Menyempurnakan Takwa
  • Taubat dan Bersegera dalam Melakukan Kebaikan
  •  Melakukan amal-amal shalih, seperti shalat, puasa, haji, zakat, jihad, dzikrullah dan berbagai kebaikan lainnya.
  • menjauhi syuhbat dan sesuatu yang bercampur dengan barang haram. (“Barangsiapa yang menghindari syuhbat maka ia telah menjaga kebersihan agama dan kehormatannya.” (h.r. Bukhari dan Muslim)
  •  meninggalkan sejumlah hal yang sebenarnya dibolehkan, tapi dikhawatirkan dapat membawa kearah yang diharamkan.
Hasan Al-Bashry berkata, “Sifat takwa senantiasa melekat pada seorang yang bertakwa selama ia meninggalkan banyak hal yang sebenarnya halal, karena khawatir haram.”
  • Terus berusaha memahami ajaran Allah SWT, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang yang memahami). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Faathir: 28)
  • mengetahui apa saja yang wajib ia lakukan dan apa yang wajib ia tinggalkan.
  • Iltizam (komitmen) terhadap Islam secara utuh: akidah, ibadah dan mu'amalah
  • Kehidupan dijalani dengan penuh hati-hati baik dalam bersikap, bertindak, dll.
E. Buah Takwa antara lain:
  •  Akan mendapatkan kemenangan, kebahagiaan dunia dan akhirat, memimpin di dunia.
  • Sumber semua kebaikan dan pencegah segala keburukan akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 128).
  • Mendapat rezeki yang baik dan mendapatkan solusi dari semua kesulitan, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduga.” (Ath-Thalaq: 2-3)
  • Dilindungi dari tipu muslihat musuh, “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Ali Imran: 120)
  •  Akan  mendapat rahmat dari Allah SWT, “….dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa…” (Al-A’raf: 156)
Di akhirat, berada disisi Allah swt.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, ditempat yang disenangi, di sisi (Rabb) Yang Maha Berkuasa.” (Al-Qamar: 54-55)
  • Merupakan jalan orang-orang mukmin, juga akhlak para nabi dan rasul. Allah swt berfirman; “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Al-An’am: 90)
  •  Sesuatu yang dipesankan Allah swt kepada semua hamba-Nya, baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Barangsiapa yang komitmen dengannya, maka ia beruntung, dan barangsiapa yang menolak maka akan binasa dan merugi.
Sumber : ikadi.or.id

Tidak ada komentar