Tafakkur Mencerahkan

Oleh

H. Ahmad Yani, MA


Tafakkur berarti berfikir dan merenung. Merenung dalam berbagai hal untuk mengkondisikan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Tafakkur menurut Syekh Abdullah bin Muhammad Al-Munif bisa diartikan juga sebagai amal seseorang dalam memperhatikan sesuatu dengan metode mengambil pelajaran (ibrah) dan pengetahuan untuk menguatkan sisi-sisi kebaikan dirinya dan menepis dorongan-dorongan keburukan. Karena itu, para Mufassirin berkata dalam menafsirkan ayat yang berbunyi: “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (Al-Baqarah: 219), maksud dari kata supaya kalian berfikir adalah agar kalian berfikir dalam urusan Dunia dan Akhirat. Maka kalian menghindari apa-apa yang mengundang bala’ dan keburukan di Dunia dan Akhirat, sekaligus agar kalian berpegang teguh dengan akhlak dan kebaikan, memahami yang maslahat dan yang bermanfaat, sehingga kalian mendatangi apa yang paling baik bagi kalian dan meninggalkan apa yang membahayakan.

 Allah SWT seringkali mendorong Muslimin untuk melakukan ibadah tafakkur. FirmanNya berbunyi: “Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (Al-An’am: 50). “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?” (Arrum: 8).  “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. (Ali Imran: 190-191). Dalam dua ayat terakhir ini Allah SWT menjadikan tafakkur sebagai amalan orang-orang yang cerdas.

Dalam hadits yang diriwayatkan ‘Atha dikisahkan bahwa rasulullah Saw, melakukan qiyamullail dan menangis dalam shalatnya sampai basah janggutnya, dan rasul terus menangis sampai lantainya basah. Maka Bilal datang adzan untuk shalat. Melihat Rasul Saw menangis, Bilal berkata: “Wahai Rasul mengapa menangis, bukankah seluruh dosa-dosamu telah diampuni Allah?” rasul bersabda: “Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur? Telah turun kepadaku mala ini ayat: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (Ali Imran:90), celakalah bagi yang membaca ayat tersebut dan tidak melakukan tafakkur. (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Abbas: “Tafakkurlah (berfikirlah) tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan kalian berfikir tentang dzat Allah. (HR. Tabrani).

Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah satu tahun.” (HR. Bukhari). Tafakkur bisa memberi manfaat-manfaat yang seakan-akan tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Hal ini bisa dipahami lewat perkataan Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab miftah dar asa’adah (kunci rumah kebahagiaan) halaman 183: “Al-Qur’an dan Sunah Rasul memberikan perhatian  terhadap tema tafakkur terhadap jiwa dan alam dengan metode yang bisa memenuhi hati dan fikiran dengan keagungan dan kemuliaan Allah SWT, sehingga ada pedapat bahwa tafakkur sebagai dasar dan kunci dari setiap kebaikan, juga amal qalbi (hati) yang paling utama dan berpengaruh”. Keutamaan dan kenyataan dalam konteks ini membuat tafakkur bisa lebih memberi pengaruh ketimbang ibadah lain yang dilakukan hanya sebagai rutinitas saja.

Keutamaan Tafakkur

Ibadah yang sangat bernilai ini setidaknya memiliki empat keutamaan:

1.  Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakkur dan berdzikir.

Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus mengulas surat Ali Imran 190-191: “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan fikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan fikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan fikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”

2.  Tafakkur termasuk amal yang terbaik dan unggul.

Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” Berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid (ahli ibadah) pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab: “tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan tafakur, seseorang bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi. Umar bin Abdul Aziz berkata: “tafakkur tantang nikmat-nikmat Allah termasuk diantara ibadah yang paling agung”.

3.  Tafakkur mengantarkan kepada kemuliaan Dunia dan Akhirat.

Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan Akhirat, maka hendaknya ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan merenungi permisalan akan bertambah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah akan bertambah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur akan  bertambah ketakwaan kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berfikir.”

4.   Tafakkur adalah pangkal segala kebaikan.

Ibnul Qayyim berkata dalam kitab miftah dar assa’adah, “Berfikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakkur, dan bahwasanya tafakkur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat, sehingga dikatakan: “tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’. Tafakur bisa mengubah kelalaian menjadi kesadaran, dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesehatan ruhani dan kedekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.”


5. Berbagai manfaat yang begitu besar.

Keutamaan ibadah tafakkur ini diperkuat dengan banyaknya manfaat yang bisa didapat seseorang yang biasa melakukan ibadah tersebut. Diantara manfaat tersebut adalah:

a. Mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk di langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur. ADan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya. [Ar-Ruum, 8]

b. Membantu membedakan mana yang bermanfaat sehingga melahirkan semangat untuk meraihnya, dan mana yang berbahaya hingga berusaha menghindarinya.

c.  Membantu memiliki keyakinan yang kuat, dan menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadap opini yang berkembang. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras”. (Saba: 46).

d. Membantu melihat dan mengukur diri sendiri agar terdorong meningkatkan kebaikan, tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain saja. “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”. (Al-Baqarah: 44).

e. Membantu menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa kaum terdahulu. “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10).

f. Menghindari dan menyelamatkan diri dari siksa neraka. “Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 10). “celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka Apakah kamu tidak memahami?. (Al-Anbiyaa’ : 67).

Demikian, ibadah tafakkur cukup ringan dilakukan, namun memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar. Tafakkur menjadi sarana yang bisa memotivasi untuk ibadah lainnya. Tafakkur bisa mengkondisikan jiwa, mencerahkannya, dan menguatkannya. Tafakkur adalah mata air kehidupan dan kekuatan jiwa. Wallahu a’lam.
Sumber : ikadi.or.id

Post Comment